Monday, May 08, 2006

Welcome to the Jungle...

Tak pernah terpikirkan dibenak saya, bakal serumah dan sekamar dengan orang yang berbeda jenisnya dengan saya. Ya... lelaki yang sekarang menjadi suami saya itu. Orang tuanya dan latar belakangnya berbeda, hobinya berbeda, lingkungan pergaulan berbeda, bahkan sampai dengan pola pikirnya pun berbeda.

Meski sudah 5 bulan berkenalan, dilanjutkan 6 tahun masa pacaran (dan sempat diwarnai 1 bulan putus hubungan), tetap saja saya belum mengetahui 'siapa dia' sesungguhnya.
Akhirnya saya hanya bisa menerima lamarannya, meski sempat di hati kecil terselip sedikit keraguan. Tapi kalau dipikir, siapa sih orang yang benar2 siap melangkah ke kehidupan yang berbeda dari sebelumnya?

Dengan segala yang telah terjadi, ditambah orang tua yang menginginkan saya segera menikah (padahal kalau dipikir usia saya waktu itu belumlah terlalu tua, masih 28 tahun), Minggu 20 Mei 2001 pukul 08:00 WIB, ijab-kabul pun diucapkan. Dilanjutkan dengan resepsi pukul 11:00 WIB ditempat yang sama, Auditorium Pegadaian-Langen Palikrama, Jakarta Pusat.
'Welcome to the jungle...' kata teman2 saya, karena kehidupan pernikahan itu ibaratnya menjelajah rimba belantara.

Totok Santoso, bapak Pekalongan ibu Solo. Hi3x... mungkin orang tuanya ketemuan waktu beli batik kali... (Hush!!! Kualat kamu sama mertua ya?!). Habisnya... batik Indonesia yang terkenal kan batik Pekalongan dan batik Solo, bukan?

Tips dari saya bagi siapa pun yang mau menikah, hendaknya yang harus dilakukan pertama kali adalah meluruskan niat. Niatkanlah pernikahan itu sebagai jembatan untuk mencapai ridho Allah, jangan hanya karena dorongan nafsu syahwat semata. Semua itu bukan alasan yang tepat.
Nikah itu ibadah, nikah itu suci... Memang nikah itu bisa karena harta, kecantikan, keturunan dan agama. Jangan kamu jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan. Karena semua itu akan menyebabkan celaka. Jadikanlah agama sebagai alasan, maka kamu akan mendapatkan kebahagiaan.

Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta. Namun, jika cinta kamu jadikan sebagai landasan, maka keluargamu akan rapuh dan mudah hancur. Jadikanlah 'ALLAH' sebagai landasan, niscaya kamu akan selamat. Tidak saja dunia, tapi juga akhirat. Niatkanlah di dalam hati kita, bahwa menikah semata-mata sebagai jalan untuk menyempurnakan ibadah kita kepada Allah SWT. Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan, niscaya Mawaddah (kasih), Sakinah (ketentraman) dan Rahmah (sayang) akan tercapai dalam keluarga.

Janganlah kamu menjadi raja dalam 'istanamu'. Disambut istri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan. Jika ini kamu lakukan, niscaya 'istanamu' tidak akan langgeng.
Lihatlah manusia ter-agung Muhammad SAW. Tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan sorban. Hanya karena sang istri tercinta tidak mendengar kedatangannya. Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya ketika lapar, dan menjahit bajunya sendiri yang robek.

Janganlah kamu menjadi ratu dalam 'istanamu'. Disayang, dimanja dan dilayani suami. Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu. Jika itu kamu lakukan 'istanamu' akan menjadi neraka bagimu.

Jika kamu menjadi suami, janganlah kamu terlalu cinta kepada istrimu, apalagi terlalu menuruti istrimu. Jika itu kamu lakukan, akan celaka. Kamu tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih, juga yang benar dan yang salah. Tegaslah terhadap istrimu. Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah. Jangan biarkan dia dengan kehendaknya.
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth. Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang. Istrimu bisa menjadi musuhmu, maka didiklah istrimu. Istrimu adalah tanggung jawabmu. Jangan kamu larang mereka taat kepada Allah. Biarkan mereka menjadi wanita sholehah. Jangan kamu belenggu mereka dengan egomu.

Jika kamu menjadi istri, janganlah kamu paksa suamimu menurutimu, apalagi melanggar Allah. Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami-Ibrahim. Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya. Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa mendampingi suami-Muhammad SAW, menerima tugas risalah. Janganlah kamu usik suamimu dengan rengekan dan tangismu. Jika itu kamu lakukan, maka kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi pendurhaka. Naudzubillah min dzalik...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home