Monday, May 22, 2006

Wedding Anniversary


Adalah kenyataan bahwa hampir semua lelaki pada dasarnya jarang sekali mengingat tanggal pernikahannya. Beda sekali dengan perempuan, yang justru mengganggap hal tsb cukup penting dalam kehidupannya.
Kalau saja Dewi-sepupu saya nggak sms Totok minta ditraktir untuk hal tsb, mungkin Totok nggak bakal ingat ada hal istimewa apa tanggal 20 Mei, seperti halnya tahun lalu. :'(
Padahal tanggal 20 Mei cukup mudah untuk diingat, selain hari Kebangkitan Nasional, juga tanggal ultah Una-sepupu saya, kakaknya Dewi.

Satu-dua tahun usia pernikahan, kami lewati biasa saja. Tapi Alhamdulillah... saat itu saya bersyukur, tak ada 'riak' yang berarti, yang mengganggu pernikahan kami.

Tahun 2004 tepat disaat 3 tahun usia pernikahan, kami mulai merayakannya dengan makan bersama di Tamani Cafe-Kemang, bertiga saja dengan Alifia. Cukup istimewa, meski agak kurang romantis. Itupun belakangan saya baru tau, ternyata ada yang memata2i. Waduh... serasa kayak selebs aja. Padahal terus terang, saat itu keuangan kami benar2 sedang terganggu. Tapi kalau hanya untuk makan bersama, masih mampulah...

Tepat 4 tahun usia pernikahan di tahun 2005, saya mengejutkannya dengan memberi kado yang cukup besar yang dikirim ke kantornya. Sedangkan Totok benar2 lupa hari istimewa tsb. Meski isinya lebih sering dimainkan Alifia, tapi yang penting kan perhatiannya.

Sedangkan Sabtu ini, 5 tahun sudah saya mengarungi hidup bersamanya. Sejauh ini, sudah cukup banyak juga suka-duka yang kami alami, termasuk 'riak' dan 'gelombang' yang mengganggu. Kami tidak merayakannya secara istimewa, karena ada acara sekolah Alifia di Taman Buah Mekarsari. Saya memberikan kado yang dipersiapkan berdua dengan Alifia, meski tidaklah mahal dan hanya memanfaatkan apa yang ada. Karena keuangan kami sedang terganggu untuk kebutuhan renovasi rumah dan sekolah Alifia.

Saya hanya bisa berharap, semoga selanjutnya kami bisa mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Aaamin...

Thursday, May 18, 2006

Tersentak Setelah Disentil...

Bagi saya, tahun 2004 dan 2005 merupakan tahun2 terberat dan penuh cobaan. Di bulan2 terakhir tahun 2004, Allah menyadarkan bahwa kelakuan saya selama ini ternyata nol besar. Saya terlalu terlena dengan urusan dunia. Dan Alhamdulillah... karena Allah menyayangi saya jualah, maka saya pun diberi cobaan. Saat itu, saya berusaha menguatkan tekad dan meyakinkan diri saya sendiri, bahwa saya harus tegar dan kuat menghadapinya. Karena suka atau tidak, secara tidak langsung itu adalah hasil dari perbuatan saya sendiri.

"..., maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka... " (QS. Al-Maa'idah: 49)

Rasanya telinga ini seperti disentil. Bukan hanya masalah2 di kantor yang menjadi beban saya, tapi masalah2 rumah pun ikut mendera. Untung saya bisa mengendalikan diri saya, tidak lantas terhanyut dan terjerumus ke hal2 negatif. Saya berusaha mengintrospeksi diri, sudah layakkah saya menuntut ini-itu dengan kelakuan saya selama ini?

"Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan siapa yang diberi hikmah, sungguh ia telah diberi kebajikan yang banyak. Tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah: 269)

Agustus 2004, bagai disambar geledek saya mendengar kabar ini. Meskipun bulan2 sebelumnya hati ini sudah terselip keraguan. Saya bingung, saya labil, saya merasa apa salah saya? Kurang mengertikah saya selama ini? Tapi percuma saya menggugat, karena pada akhirnya semua wajah seakan2 berpaling kepada saya. Raut muka mereka seolah2 mengatakan bahwa semua ini karena kesalahan saya sendiri.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Bahkan tanpa pikir panjang, 'dia' merasa dirinya lebih tau dan mengajari saya bagaimana menurutnya yang benar. Padahal kenyataannya, 'dia'... berpengalaman pun tidak. Saya heran, meski 'dia' jauh lebih tua dari saya, tapi saya nggak ngerti cara pandangnya. Dibilang dewasa, waduh... jauh sekali, apalagi bijaksana.
Jujur... saya memang nggak tau tata cara pergaulan modern, mungkin 'dia' menganggap saya kuno dan kolot. Padahal... kalau saja 'dia' mau berpikir 'waras' sedikit, bagaimana kalau situasinya dibalik? 'Dia' yang berada di posisi saya, akankah 'dia' menghujat saya? Kenapa seakan2 'dia' merasa yang lebih berhak?

"Dan bersabarlah (jangan sedih) terhadap apa yang mereka ucapkan (celaan-celaan, fitnah) dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." (QS. Al-Muzzammil: 10)

Cukup banyak juga buku2 yang saya baca, saya berusaha mencari 'jawaban' atas semua ini. Kadang sering juga terselip rasa 'nggak adil' di hati ini. Jelas sekali 'dia' yang salah, tetapi kenapa malah saya yang harus minta maaf?! Dari buku yang saya baca, saya harus buang jauh2 'rasa itu'. Karena jika tidak, itu berarti saya nggak tulus menerima semua ini. Sementara ditempat lain, masih banyak yang tidak seberuntung saya.
Buat apa saya mengurusi hal2 yang sudah jelas2 ada yang mengaturnya? Semua perbuatan, baik ataupun buruk, sudah ada yang mengatur pembalasannya. Dan tak perlu kuatir karena Sang Maha Pengatur pasti akan berbuat adil. Apalagi Allah sudah menjanjikan:

"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyrah: 6)

Oktober 2004, bulan puasa pun tiba. Akhirnya setelah cukup lama tertunda, saya berpikir kapan lagi saya akan memulainya, sementara di kantor tidak ada larangan untuk itu. Dosa saya sudah bertumpuk. Akankah saya membiarkan tumpukan itu semakin hari semakin bertambah tinggi? Menutup aurat adalah perintah Allah, dan tentu saja jika kita tidak menjalankan perintah-Nya maka kita akan berdosa, padahal sering kita mengaku sebagai umat-Nya. Tak ada lagi alasan untuk tidak siap, karena waktu kian hari kian bertambah. Maka Alhamdulillah... pada hari Jum'at, hari pertama dibulan yang penuh berkah, untuk pertama kalinya saya keluar rumah dengan menutup semua aurat.

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An-Nuur: 30-31)

Banyak yang bilang, semakin kita bertekad untuk menutup aurat maka semakin banyak cobaan yang datang. Ternyata itupun saya alami, godaan datang silih berganti. Bukan itu saja, cobaan pun ikut mewarnai. Tapi Alhamdulillah, saya tetap pada pendirian. Februari 2005, cobaan pun berulang. Lagi-lagi Allah menyayangi saya, memberitahukan saya semuanya tanpa sengaja. Kenapa lagi ini? Ternyata selama ini apa yang sudah saya perbaiki belumlah cukup baginya. Saya hanya bisa pasrah... Buat apa saya meributkannya, kalau inti permasalahannya bukan pada saya? Dan juga bukan saya yang harus mengambil keputusan. Saya hanya bisa menerima apapun hasilnya, karena saya yakin Allah sudah menentukan garis hidup semua umat-Nya. Saya tak lagi menggubrisnya, meski lagi-lagi... dia-'si pahit lidah' mengutuk saya. Karena saya yakin dan percaya sekali, Allah-lah yang punya kuasa, bukan manusia. Termasuk keturunan sekalipun.

"Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia ciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Dan Dia jadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. Asy-Syuura: 49-50)

Tuesday, May 09, 2006

Surat Untuk Sahabat Baikku (Siapapun Yang Merasa...)

Kepada: Sahabat baikku...


Kawan,

Dengan uang engkau dapat membeli tempat tidur, tapi tidak dapat membeli "tidur nyenyak".
Membeli sebuah jam, tapi tidak dapat membeli waktu.
Membeli sebuah buku, tapi tidak dapat membeli pengetahuan.

Membeli posisi yang bagus dalam pekerjaan, tapi tidak dapat membeli kehormatan.
Membeli obat-obatan, tapi tidak dapat membeli kesehatan.
Membeli darah, tapi tidak dapat membeli kehidupan.
Jadi..... uang bukanlah segalanya...

Bahkan uang terkadang membuatmu merasa sakit dan menderita.
Aku memberitahukan hal ini kepada kalian semua, karena aku adalah temanmu.
Dan sebagai teman aku ingin menyingkirkan semua rasa sakit dan penderitaan yang engkau alami.

Jadi, segera kirimkan semua uangmu kepadaku.


Sahabat baikmu,


Rilanda

My First Child


Mengikuti jejak bundanya, berbintang Aries. Karena lahir pada hari Selasa 02 April 2002 pas adzan Maghrib terdengar, tepatnya pukul 18:05 WIB, dengan berat 2,8 Kg dan panjang 48 cm di RS Islam Cempaka Putih-Jakarta Pusat. Dengan persalinan normal, puteri cantik ini diberi nama 'Naritsa Alifia Fatin'.

Naritsa adalah singkatan dari aNAk RIlanda dan Totok SAntoso, Alifia diambil dari huruf pertama Arab 'Alif' yang melambangkan anak pertama, sedangkan Fatin berasal dari bahasa Arab yang berarti yang menawan, mempesona, menarik/cantik. Jadi arti keseluruhannya adalah anak pertama Rilanda dan Totok Santoso yang menawan.

Diberi nama Fatin karena waktu hamil bundanya sempat bemimpi naik mobil Peugeot 406 merah marun benomor polisi 8008 bareng anak perempuan yang sangat lucu dan menawan. Kenyataannya, akhirnya memang punya mobil pertama kali, ya... Peugeot 406 merah marun tahun 1997 bernomor polisi B 8145 TY dan dikaruniai seorang putri yang memang sangat lucu dan menawan. Alhamdulillah...

Semoga sekarang dan nantinya bukan hanya parasnya saja yang menawan, tapi juga kelakuannya. Aaamiin...

Monday, May 08, 2006

Welcome to the Jungle...

Tak pernah terpikirkan dibenak saya, bakal serumah dan sekamar dengan orang yang berbeda jenisnya dengan saya. Ya... lelaki yang sekarang menjadi suami saya itu. Orang tuanya dan latar belakangnya berbeda, hobinya berbeda, lingkungan pergaulan berbeda, bahkan sampai dengan pola pikirnya pun berbeda.

Meski sudah 5 bulan berkenalan, dilanjutkan 6 tahun masa pacaran (dan sempat diwarnai 1 bulan putus hubungan), tetap saja saya belum mengetahui 'siapa dia' sesungguhnya.
Akhirnya saya hanya bisa menerima lamarannya, meski sempat di hati kecil terselip sedikit keraguan. Tapi kalau dipikir, siapa sih orang yang benar2 siap melangkah ke kehidupan yang berbeda dari sebelumnya?

Dengan segala yang telah terjadi, ditambah orang tua yang menginginkan saya segera menikah (padahal kalau dipikir usia saya waktu itu belumlah terlalu tua, masih 28 tahun), Minggu 20 Mei 2001 pukul 08:00 WIB, ijab-kabul pun diucapkan. Dilanjutkan dengan resepsi pukul 11:00 WIB ditempat yang sama, Auditorium Pegadaian-Langen Palikrama, Jakarta Pusat.
'Welcome to the jungle...' kata teman2 saya, karena kehidupan pernikahan itu ibaratnya menjelajah rimba belantara.

Totok Santoso, bapak Pekalongan ibu Solo. Hi3x... mungkin orang tuanya ketemuan waktu beli batik kali... (Hush!!! Kualat kamu sama mertua ya?!). Habisnya... batik Indonesia yang terkenal kan batik Pekalongan dan batik Solo, bukan?

Tips dari saya bagi siapa pun yang mau menikah, hendaknya yang harus dilakukan pertama kali adalah meluruskan niat. Niatkanlah pernikahan itu sebagai jembatan untuk mencapai ridho Allah, jangan hanya karena dorongan nafsu syahwat semata. Semua itu bukan alasan yang tepat.
Nikah itu ibadah, nikah itu suci... Memang nikah itu bisa karena harta, kecantikan, keturunan dan agama. Jangan kamu jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan. Karena semua itu akan menyebabkan celaka. Jadikanlah agama sebagai alasan, maka kamu akan mendapatkan kebahagiaan.

Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta. Namun, jika cinta kamu jadikan sebagai landasan, maka keluargamu akan rapuh dan mudah hancur. Jadikanlah 'ALLAH' sebagai landasan, niscaya kamu akan selamat. Tidak saja dunia, tapi juga akhirat. Niatkanlah di dalam hati kita, bahwa menikah semata-mata sebagai jalan untuk menyempurnakan ibadah kita kepada Allah SWT. Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan, niscaya Mawaddah (kasih), Sakinah (ketentraman) dan Rahmah (sayang) akan tercapai dalam keluarga.

Janganlah kamu menjadi raja dalam 'istanamu'. Disambut istri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan. Jika ini kamu lakukan, niscaya 'istanamu' tidak akan langgeng.
Lihatlah manusia ter-agung Muhammad SAW. Tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan sorban. Hanya karena sang istri tercinta tidak mendengar kedatangannya. Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya ketika lapar, dan menjahit bajunya sendiri yang robek.

Janganlah kamu menjadi ratu dalam 'istanamu'. Disayang, dimanja dan dilayani suami. Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu. Jika itu kamu lakukan 'istanamu' akan menjadi neraka bagimu.

Jika kamu menjadi suami, janganlah kamu terlalu cinta kepada istrimu, apalagi terlalu menuruti istrimu. Jika itu kamu lakukan, akan celaka. Kamu tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih, juga yang benar dan yang salah. Tegaslah terhadap istrimu. Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah. Jangan biarkan dia dengan kehendaknya.
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth. Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang. Istrimu bisa menjadi musuhmu, maka didiklah istrimu. Istrimu adalah tanggung jawabmu. Jangan kamu larang mereka taat kepada Allah. Biarkan mereka menjadi wanita sholehah. Jangan kamu belenggu mereka dengan egomu.

Jika kamu menjadi istri, janganlah kamu paksa suamimu menurutimu, apalagi melanggar Allah. Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami-Ibrahim. Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya. Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa mendampingi suami-Muhammad SAW, menerima tugas risalah. Janganlah kamu usik suamimu dengan rengekan dan tangismu. Jika itu kamu lakukan, maka kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi pendurhaka. Naudzubillah min dzalik...

Hakekat Pernikahan


Ada banyak alasan manusia membuat dasar dari hakekat pernikahan, hakekat yang seperti apakah yang paling membahagiakan? Coba kita lihat... dan manakah pilihan kita???

  • Jika hakekat pernikahan adalah karena SEX, maka pasangan rajin bertengkar jika servis di tempat tidur tidak memuaskan. Atau rajin hadir di SEX party.
  • Jika hakekat pernikahan adalah karena HARTA, maka pasangan bakal bubar jika bangkrut.
  • Jika hakekat pernikahan adalah karena BEAUTY atau BODY, maka pasangan bakal lari jika rambut beruban dan muka keriput atau badan jadi gendut.
  • Jika hakekat pernikahan adalah karena ANAK, maka pasangan akan cari alasan untuk pergi jika buah hati atau anak tak kunjung hadir.
  • Jika hakekat pernikahan adalah karena KEPRIBADIAN, maka pasangan akan lari jika orang berubah tingkah lakunya.
  • Jika hakekat pernikahan adalah karena CINTA, maka sesungguhnya hati manusia itu tidaklah tetap dan mudah terpikat pada hal-hal yang lebih baik, lagipula manusia yang dicintai pasti MATI atau PERGI.
  • Jika hakekat pernikahan adalah karena IBADAH kepada ALLAH, maka sesungguhnya ALLAH itu KEKAL dan MAHA PEMBERI HIDUP kepada makhlukNYA. Dan ALLAH mencintai hambaNYA melebihi seorang ibu mencintai bayinya. Maka tak ada alasan apapun di dunia ini yang dapat meretakkan rumah tangga, kecuali jika pasangan itu mendurhakai ALLAH.

Tuesday, May 02, 2006

Realita Rilanda...

Cuma satu kata: "Rilanda".
Unik dan cukup pendek.
Nama pemberian papa,
diawali 'ril' karena lahir di bulan April.
Tapi saya bangga lho...
karena nama itu nggak ada duanya.
Coba aja cari di buku telepon,
ada duplikatnya nggak?!

Papa-mama asli keturunan Minang, tapi tampang plus dialek saya nggak ada Minang2nya 'dikit juga. Konon Minangers suka kasih nama anak cukup satu kata aja. Mungkin ntar kepanjangan kalo pas gede namanya ditambah gelar ato nama suku, kali...

Lahir Selasa 19 April 1973 pas Maghrib dengan berat 3 Kg dan panjang 50 cm di RS Persahabatan Rawamangun-Jakarta Timur, dari pasangan Addi Dharma dan Afnidar. Anak bungsu dari 2 bersaudara. Punya kakak perempuan, Deswitha namanya. Seperti kebiasaan papa kasih nama, lagi2 diawali 'des' karena lahir di bulan Desember.

Pas naek ke kelas 3 SD, pindah ke Pondok Bambu. Masih di daerah Jakarta Timur juga, sih...
Sekolah di SDN 07 Pagi Pondok Bambu, SMPN 51 Pondok Bambu dan SMAN 50 Cipinang Muara. Dulu sempat ada komentar: "Pas SMP sekolah di Lima puluh satu, naek bis Lima puluh satu, jajannya Lima puluh-Satu. Eh... pas SMA, sekolah di Gocap, naek bis Gocap, jajannya ya Gocap." :p

Lulus kuliah tahun 1996 di Universitas Gunadarma jurusan Teknik Komputer. Dan tahun 1997 kerja di Astra Credit Companies (ACC) sampai sekarang, di bagian Information Technology (IT).

Menikah tahun 2001 sama temen satu kuliah tapi beda angkatan. Dan juga beda suku. Itupun kenal karena sama2 ikutan kegiatan ekskul.
Dikaruniai puteri yang lucu di tahun 2002. Sampai sekarang tahun 2006, Insya Allah diperkirakan melahirkan yang kedua. Mudah2an cowoq, tapi ceweq lagi pun Alhamdulillah.

Sungguh saya amat sangat bersyukur pada Allah SWT...